Sabtu, 28 Januari 2012

Kuliner 65 - Gangan Kepala Ikan, Belitung

RM. Pandan Laut
Jl. Pattimura No. 22 Air Saga
Tanjung Pandan, Belitung

Tepat pada tanggal hoki, 8/8/08, saya terbang menuju Belitung untuk memenuhi undangan dari Dinas Pariwisata Kab Belitung. Mendarat di Bandar Udara HAS Hanandjoedin sekitar pukul 16.00 WIB (terlambat 1 jam dari jadwal) saya langsung disambut dengan cuaca mendung di pulau yang konon menyajikan wisata pantai dengan keindahan yang luar biasa. Setelah beristirahat sejenak dan membersihkan diri di tempat saya menginap, Hotel Pondok Impian, saya dijemput untuk melihat kota Tanjung Pandan dan makan malam. Hujan deras menyertai perjalanan saya malam ini. Rumah makan di kota ini banyak dikelola oleh warga keturunan Cina dan uniknya, karena hari ini tanggal "cantik", maka banyak rumah makan tersebut yang tutup :( Akhirnya kita "mendarat" di rumah makan yang terletak persis di seberang tempat saya menginap, RM Pandan Laut.


Gangan Kepala Ikan, langsung menjadi pesanan saya karena berdasarkan informasi dari om Google, makanan ini wajib untuk dicari selama anda di Belitung. Gangan sendiri adalah sejenis sayur berwarna kuning (karena menggunakan kunyit sebagai bumbu utama), dengan rasa asam dan pedas. Rasa asamnya sendiri berasal dari nanas muda yang potongannya dapat kita temukan di dalam sayur ini. Sebagai bahan dasarnya digunakan Kepala Ikan Ketarap, daging ikannya mantap. tapi yang lebih luar biasa adalah kulit bagian kepalanya, tebal dan kenyal, mirip dengan kikil/tunjang yang sering kita temui di rumah makan padang, tapi lebih lunak. Pokoknya mantabbbb... harus mesti kudu dicoba.... Harga: Rp. 20.000/porsi


Ekor Ikan Tenggiri Bakar, tadinya saya bingung, ekor ikan dibakar apa enaknya & dagingnya pasti sedikit? Pertanyaan itu langsung terjawab ketika di meja tersaji ekor ikan tenggiri yang cukup "besar" untuk makan 3 orang... Dibakar standar, disajikan dengan sambal kecap dan sambal terasi khas belitung yang begitu kentara rasa terasinya. Dagingnya gurih dan benar-benar tebal, walau nasi di piring sudah habis, tangan saya tidak bisa menahan diri untuk terus mengambil daging ekor ikan tenggiri ini dan mencocolnya dengan sambal, sampai perut saya teriak "CUKUP...." Harga Rp. 55.000/kg


Special Pandan Laut Juice, sebenarnya saya sudah memesan es jeruk, tapi masih penasaran dengan satu minuman yang cukup provakatif, yang tertera nomor satu di daftar menu minuman. Bagaimana tidak provokatif, cermati campurannya: nanas, tomat, wortel, pepaya, jeruk nipis, madu pahit dan telur ayam kampung!!! Minuman warna kuning kental tersaji di meja saya, seruput.... Rasa yang dominan dari campuran itu hanyalah madu dan telur, jadi kaya minum kuning telur dan madu tapi segelas besar :) Sesuai campurannya, rasanya juga memang provokatif... Harga Rp. 12.500/gelas

Sayang seribu sayang, jadwal saya di pulau indah ini sangatlah singkat. Tidak ada objek wisata yang sempat saya kunjungi selain Pantai Tanjung Pendam yang terletak di tengah kota. Wisata kuliner pun cukup di satu tempat saja, padahal masih ada mie belitung yang penasaran ingin saya coba. Akhirnya saya hanya bisa menikmati keindahan Pantai Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang dan Tanjung Binga dari www.belitungisland.com. Kapan ya, bisa menikmati keindahan pulaunya "Laskar Pelangi" ini? Mudah-mudahan dapet undangan lagi ke sini lagi deh...

Sumber: http://www.banyumurti.net/2008/08/kuliner-65-gangan-kepala-ikan-belitung.html

Kuliner Balikpapan - Kepiting Lada Hitam RM. Kenari



Wisata Kuliner Indonesia #166
Restaurant Kepiting Saos "KENARI"
Jl. Iswahyudi - Balikpapan
Telp: 0543 764018


Kalo ke Balikpapan salah satu kuliner yang saya incar adalah hidangan kepitingnya yang kesohor. Salah satunya adalah Kepiting di Resto Kenari. Pilihan utama saya jatuh ke menu Kepiting Lada Hitam. Terbayang aroma pedas yang keluar dari lada hitam yang berpadu dengan manis dan lembutnya daging kepiting segar *gleg*. Dan memang sesuai dengan ekpektasi, tidak berapa lama sepiring besar Kepiting Lada Hitam tersaji di hadapan saya. Pedesnya lada hitam ini bener-bener nendang. Komposisi bumbunya, yang entah apa, bener-bener meresap ke dalam daging kepiting, ngebuat saya ga berhenti untuk terus menghisap-hisap cangkan kepiting yang ada.


Selain bumbu lada hitam, saya juga penasaran dengan Kepiting Saos Specialnya, makanya saya pesan juga. Bumbunya legit kaya saos asam manis, tapi rasa manisnya cukup kuat. Buat saya sih terlalu manis. Tapi nanti dulu... coba padukan dengan sambal yang disajikan bersama kepiting saos special dulu. Rasanya jadi mantabs mas brow... Pas banget perpaduan asam, manis dan pedasnya. Harga seporsi kepiting ini adalah Rp. 140 ribu. Mahal??? Nanti dulu, satu porsi ini bisa dimakan 3-4 orang looohhh. Udah gitu kita juga bisa pesan 1/2 porsi yang cukup buat dimakan berdua.

Mau bawa kepiting ini sebagai oleh-oleh? Bisa juga... harganya sama, tapi akan dipacking dengan baik sehingga kita dengan mudah membawanya. Posisi restonya yang ke arah Bandara Sepinggan, Balikpapan, juga memudahkan kita untuk mampir sebentar untuk menyambar oleh-oleh kepiting dari Resto Kenari ini. Tapi sangat-sangat disarankan, jika mau pesan untuk oleh-oleh, pesan dulu via telepon satu hari sebelumnya, supaya nanti kita tinggal mengambil saja, sudah disiapkan. Juga meminimalisir kemungkinan habisnya stock kepiting ketika kita pesan. Bisa saja sih kita langsung pesan pada saat datang, tapi pasti harus menunggu agak lama karena harus dimasak dulu dan takutnya stock kepitingnya sudah habis dipesan. Jadi daripada gigit jari, mending kita pesan sehari-dua hari sebelumnya.

Kepiting Kenari adalah binatang yang dilindungi dan sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi. Ini yang sering membuat orang salah sangka, disangkanya kepiting di RM Kenari ini termasuk kategori binatang yang dilindungi, padahal kepitingnya sih kepiting biasa, yang bisa dikonsumsi. Jadi walaupun namanya Kepiting "Kenari", tenang aja, tetap boleh disantap tanpa perlu khawatir :)

Sumber: http://www.banyumurti.net/2011/10/kuliner-balikpapan-kepiting-lada-hitam.html

Jumat, 27 Januari 2012

BAKMI SHIBITSU

Bakmi Shibitsu Bakmi Shibitsu Bakmi Shibitsu Bakmi Shibitsu


Alamat: Jalan Raya Bantul No. 111 Yogyakarta
Koordinat GPS: S7°49'17.9" E110°21'19.1"
Bakmi Shibitsu menghadirkan pengalaman membisu ganda saat mencicipnya. Penjual yang bekerja tanpa kata menyiratkan etos kerja keras dan rasa bakmi yang sanggup membuat anda kehilangan kata singgah ke lidah.

BAKMI SHIBITSU - Ketika Bakmi Bisu Membuat Anda Kehilangan Kata

Jika anda adalah salah satu penggemar berat bakmi, ketika sedang berada di Yogyakarta cobalah untuk mampir mengunjungi warung makan bakmi Shibishu yang terletak di Jalan Raya Bantul No.106. Tempat ini dapat ditempuh sekitar lima menit dari Malioboro, tepatnya 500 meter selatan Pojok Beteng Kulon. Jangan terkecoh oleh namanya yang agak berbau Jepang, bakmi ini dimiliki oleh orang Yogya asli dan sudah beroperasi sejak 25 tahun lalu.Warung makan ini adalah yang paling banyak dikunjungi dibandingkan warung-warung makan lain yang ada di sekitarnya.
Selain keramaiannya tersebut pada awalnya saya cukup bingung dengan apa yang akan saya temui di warung makan ini. Tempat ini terkenal dengan nama 'bakmi bisu'. Ada beberapa pikiran iseng saya berkenaan dengan istilah tersebut. Pertama, bakmi tersebut saking enaknya sehingga ketika mencobanya, kita akan membisu alias tidak bisa berkata-kata. Pikiran yang kedua, yang menjajakan bakmi ini alias si penjual adalah orang yang tuna wicara atau bisu. Saat memesan satu porsi bakmi goreng kepada seorang wanita paruh baya yang sedang meracik bumbu saya mengira tebakan iseng saya yang kedua sudah gugur, karena si ibu tersebut ternyata bisa bicara. Tapi kemudian pada akhirnya saya mengetahui satu dari dua tebakan saya ada yang benar, begini cerita lengkapnya.
Selain memesan bakmi goreng, saya juga memesan teh manis hangat sebagai pendamping makan. Saat menunggu pesanan tiba, perlahan saya mulai mengerti salah satu alasan kenapa tempat ini terkenal dengan nama bakmi bisu. Ternyata pelayan yang mendistribusikan pesanan ke para pelanggan adalah seorang wanita tuna wicara (bisu). Ada satu orang lagi yang membantu ibu peracik dan pemasak bakmi yang sepanjang pengamatan saya juga 'membisu' atau tidak bicara sepanjang melakukan pekerjaannya sebagai pengipas bara api di anglo.
Cukup lama pesanan saya tiba. Bisa dimaklumi karena warung ini hanya menggunakan sebuah anglo berbahan bakar arang untuk memasak semua pesanan pelanggannya. Sambil menunggu pesanan bakmi, suguhan yang datang terlebih dahulu adalah teh manis hangat. Cukup berbeda dari tempat lain yang menyajikan teh hanya dengan menggunakan gelas. Di sini juga diberi tambahan sebuah teko kecil untuk jog jika air teh yang ada di gelas sudah habis. Selain berbeda dalam penyajian, teh ini juga berbeda dalam hal rasa jika dibandingkan dengan teh di tempat lain. Sruputan pertama ketika mencecap teh ini meninggalkan sensasi tersendiri. Jika boleh meminjam tag line sebuah produk teh, ini adalah sensasi wasgitel (wangi, sepet, legi, dan kentel). Aroma yang keluar dari panasnya kopi menimbulkan wangi aroma teh yang khas. Warna teh yang coklat kehitaman menunjukkan kekentalan dan rasa sepet yang membekas di ujung lidah. Kemudian dilengkapi dengan manis yang elegan dari gula batu yang dicelupkan ke dalam teh. Sudah lama saya tidak merasakan teh yang seperti ini. Terakhir, saya mencicipi teh yang enak beberapa tahun yang lalu ketika melakukan penelitian sosial budaya di daerah Tegal Utara.
Setelah hampir 20 menit menunggu akhirnya pesanan bakmi goreng saya diantar oleh si wanita bisu. Tampilan bakmi goreng ini sekilas hampir sama dengan bakmi di tempat lain, hanya saja warnanya lebih terang sedikit mungkin karena tidak terlalu banyak menggunakan kecap. Bakmi ini terbuat dari dua jenis mi, yakni mi kuning dan bihun. Kemudian dilengkapi dengan potongan-potongan kecil daging ayam dan seledri. Suapan pertama ketika mencoba bakmi bisu ini membuat saya hampir kehilangan kata. Bumbu yang menyelimuti bakmi ini amat terasa tebal dan meresap ke dalam mi. Sekilas rasa mi ini seperti agak berlebihan bumbu, namun itu semua hilang ketika disusul oleh suapan-suapan selanjutnya.
Di meja penyajian juga disediakan cabe rawit yang sangat nikmat jika diceplus berbarengan dengan mi. Hal yang tidak terlupakan dari makan di bakmi bisu ini adalah ketika setelah selesai makan mi dilanjutkan dengan teh panas wasgitel. Dua hal ini-mi dan teh- seakan saling melengkapi dengan kelebihannya masing-masing untuk menjadikan pengalaman wisata kuliner yang sulit dilupakan bagi anda. Pada akhirnya, saya cukup senang karena dua tebakan saya di awal tulisan ada yang benar. Bakmi Shibishu membuat saya kehilangan kata dan membisu untuk sesaat karena kelezatannya. (nang)

Sumber: http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/traditional-culinary/bakmi-shibitsu/

SOTO SULUNG STASIUN TUGU

Soto Sulung 
Soto Sulung
Soto Sulung


Alamat: Parkiran Selatan Stasiun Tugu, Yogyakarta, Indonesia
Koordinat GPS: S7°47'22.8" E110°21'46.6" (lihat peta)
Soto Sulung Stasiun Tugu adalah soto sulung yang paling legendaris di jantung Kota Jogja, kawasan Malioboro. Didirikan sejak tahun 1968, soto di sini menjadi kuliner yang digemari karena kelezatannya yang mampu membuat para pelanggannya tetap setia.







Siapa yang tidak tahu soto sulung? Soto khas Madura ini berisi daging sapi atau jeroan sapi seperti babat, usus, paru-paru dan hati dengan kuah yang pekat. Soto ini juga dipermanis dengan potongan telur rebus yang membuat isiannya makin wah. Adalah Soto Sulung Stasiun Tugu yang membawa keistimewaan soto sulung dari Madura ke Yogyakarta. Warung soto yang didirikan sejak tahun 1968 oleh Bapak (alm.) Marjuddin, kini sudah memiliki beberapa cabang yang tersebar di penjuru Yogyakarta. Warung yang berlokasi di kios area parkir selatan Stasiun Tugu kini menjadi salah satu ikon kuliner di Yogyakarta dan selalu menjadi buruan bagi pecinta kuliner.
Soto Sulung Stasiun Tugu menawarkan soto daging dan soto daging campur jeroan. Daging dan jeroan yang menjadi isian dari soto ini berbeda dengan soto-soto di tempat lain. Dengan dua kali pengolahan, dagingnya terasa empuk, tidak amis dan bumbu meresap sempurna. Jeroan yang jadi isian di soto campur tidak berbau dan empuk, kelezatannya sama dengan soto daging itu sendiri. Kuah sotonya yang pekat dan bumbunya yang kuat terasa, membuat soto sulung ini begitu lezat. Lidah kita akan dimanja dengan kuah hangatnya yang sangat menggiurkan. Dengan perasan jeruk nipis dan sambal yang dibuat encer, rasa dari soto ini akan lebih nikmat. Wuih.. nagih bener! Panas kuahnya dan keempukan dagingnya akan membuat lidah terus meminta tambah.
Yang unik dari soto sulung ini adalah nasinya. Bukannya dihidangkan langsung di piring, nasi di sini dibungkus kecil-kecil dengan harga Rp 500/bungkus. Kita dengan bebas bisa tambah nasi tanpa perlu malu. Nasi dan segala cemilan di sini olahan sendiri loh. Daging, nasi, dan krupuknya dibuat terlebih dahulu di malam hari oleh masing-masing anggota keluarga yang bertugas, lalu paginya tinggal di kirim ke Soto Sulung Stasiun Tugu dan cabang-cabang yang lain.
"Banyak yang dulu kuliah di Yogya dan sekarang sudah punya cucu masih sering datang kemari," kata Pak Ridwan, putra Bapak Marjuddin yang kini mengelola Soto Sulung Stasiun Tugu. Di usianya yang sudah 43 tahun, warung soto ini meninggalkan berjuta kenangan yang membuat pelanggannya setia datang hanya untuk bernostalgia. Seperti Hendra, pemilik salah satu warung kopi di Yogya yang berbagi cerita bahwa Soto Sulung Stasiun Tugu ini adalah soto sulung paling enak di Yogyakarta dan sejak tahun 2000 dia menjadi pelanggan setia. "Bumbunya tajam dan enak. Lidah pun menjadi puas," pungkas Hendra.
Jam Buka: pk 09.00 - 21.00 WIB
Harga:
  • Soto Daging: Rp 9.000
  • Soto Campur: Rp 6.000
(Data diperoleh Januari 2012)

PECEL BAYWATCH - Menyantap Pecel Kembang Turi Racikan Mbah Warno "Anderson"

Pecel Baywatch Pecel Baywatch

Jika saat mengunjungi Kasongan anda tiba-tiba diserang lapar setelah seharian mencari kerajinan gerabah, tak perlu panik karena Mbah Warno "Anderson" siap menyelamatkan anda dengan 'pecel Baywatch'

Semula saya sempat bingung dengan julukan Pecel Baywatch yang disandang oleh pecel Mbah Warno. Terlintaslah imajinasi nakal tentang sosok penjual pecel yang mengenakan bikini seperti Mbak Pamela Anderson atau setidaknya warung ini berada di pinggir pantai. Ternyata salah semua. Beginilah cerita lengkapnya.
Warung Mbah Warno terletak di daerah Kasongan, tepatnya berada di jalan menuju Gunung Sempu. Warung yang sudah berdiri sejak 35 tahun lalu ini sangat sederhana. Papan nama warung pecel Mbah Warno ini hanya berukuran 30 x 20 cm2 yang pasti terlewat jika tak benar-benar memerhatikannya. Interior warung diisi oleh perabot yang fungsional dan apa adanya. Hanya terdapat beberapa meja dan kursi kayu serta satu dipan bambu. Di belakang meja tempat meletakkan dagangannya, terdapat dapur berisikan beberapa anglo yang selalu mengepulkan asap. Sebuah posisi yang tak disengaja sebenarnya, sebab dapur dalam konsep Jawa biasanya terletak di bagian belakang. Mbah Warno meletakkan dapur di bagian depan warung pasca gempa Mei 2006 yang meruntuhkan bangunan rumahnya. "Belum punya uang untuk membangun dapur baru", ujarnya.
Mbah Warno menjajakan menu utama pecel dengan beragam lauk sebagai pengiringnya. Mulai dari lele dan belut goreng kering, tahu bacem, mangut belut (belut bersantan yang dibumbui cabai), hingga bakmi goreng. YogYES memesan semuanya agar dapat merasakan aneka rasa masakan Mbah Warno ini.
Sambil menunggu, pikiran saya melayang menelusuri asal-usul pecel yang sama tidak jelasnya dengan soto. Banyak daerah di Jawa memiliki pecel dengan ciri khasnya masing-masing, misalnya Pecel Madiun, Pecel Blitar, Pecel Madura, Pecel Slawi dan lain-lain. Namun setidaknya, seorang sejarawan Belanda bernama H.J Graaf pernah mengungkapkan bahwa ketika Ki Ageng Pemanahan melaksanakan titah Sultan Hadiwijaya untuk hijrah ke hutan yang disebut Alas Mentaok (sekarang Kotagede), rombongan beliau disambut masyarakat di pinggir Sungai Opak dan dijamu dengan berbagai jenis masakan, termasuk pecel.
Lamunan saya terputus saat pecel dan beberapa makanan pengiring tiba di meja. Seporsi pecel, lele goreng, dan tahu bacem seolah menantang untuk secepatnya dinikmati. Terdapat empat jenis sayuran dalam hidangan berlumur bumbu kacang ini yakni daun bayam, daun pepaya, kembang turi (Sesbania grandiflora), dan kecambah / taoge. Kita akan disergap rasa manis dari bumbu kacang yang menggelitik lidah. Saat menguyah kembang turi yang agak getir, rasa manis tadi berpadu sehingga menghasilkan kelezatan yang sulit diungkapkan.
Pecel dengan kembang turi merupakan ciri khas pecel "ndeso". Jaman sekarang sudah sulit untuk menemukan penjual pecel seperti ini. Konon kembang turi memiliki khasiat meringankan panas dalam dan sakit kepala ringan. Jadi tidak heran bila orang Jawa, India, dan Suriname (masih keturunan Jawa juga sih, hehehe) sering menyantap kembang turi muda sebagai sayuran.
Pecel akan bertambah nikmat jika ditambah dengan lele goreng atau tahu bacem. Lele goreng di tempat ini dimasak hingga kering sehingga crispy ketika digigit. Sedangkan tahu bacem yang berukuran cukup besar dapat dinikmati sebagai cemilan bersama cabai rawit. Selain itu juga terdapat hidangan lain seperti belut goreng dengan dua variasinya. Pertama, belut goreng kering yang berukuran kecil dan belut goreng basah yang lebih besar. Ada juga bakmi goreng dan mangut belut bagi anda yang menggemari makanan pedas. Asap dari anglo menambah sensasi rasa dari hidangan di warung ini.
Entah karena kenyang atau efek kembang turi, selesai makan kepala saya terasa lebih cerdas dari biasanya. Sambil ngobrol ringan dengan Mbah Warno dan asistennya, saya jadi paham kenapa pecel di tempat ini dijuluki Pecel Baywatch. Hal itu karena Mbah Warno dan asistennya selalu mengenakan sejenis baju yang disebut kaus kutang. Pakaian yang sangat nyaman untuk dikenakan di tengah udara pedesaan Kasongan Bantul yang kering dan panas.
Walau penjual pecel ada dimana-mana, Pecel Baywatch tetap menawarkan sesuatu yang lain bagi anda. Sebuah kombinasi kelezatan makanan, suasana pedesaan yang kental, dan keramahan Mbah Warno "Anderson". (nang)
Copyright © 2008 YogYES.COM

Sumber: http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/traditional-culinary/pecel-baywatch/